Silahkan Pilih Warna Latar Blog ini Sesuai Dengan kenyamanan Yang Anda Suka

Rabu, 27 April 2011

Membentengi Windows 7 dari serangan Virus

Windows 7Perkembangan virus sangat pesat, saking pesatnya mungkin hampir setiap minggu muncul virus baru dari yang mudah sampai susah untuk dibasmi. Di dalam negeri sendiri perkembangan virus juga tidak kalah pesat dengan ditandai munculnya virus brontok. Perkembangan virus yang sangat pesat ini menjadi lahan subur bagi produsen anti virus. Penulis jadi berpikir “jangan-jangan yang membuat virus juga pembuat anti virus J”.
Jika dulu kebanyakan anti virus produsennya dari luar negeri, 10 tahun terakhir ini sudah mulai bermunculan produsen anti virus lokal(dalam negeri), hal ini tidak lain karena anti virus dari luar biasanya agak terlambat mengupdate anti virus mereka untuk virus lokal, karena itu virus lokal susah untuk dibasmi menggunakan anti virus dari luar.
Rasa kesal dan bête datang kalau virus sudah mulai menginfeksi komputer kita, file-file penting kita bisa dibuatnya terhapus atau rusak bahkan sistem operasi kita bisa dibuatnya tidak berjalan dengan normal. Mudahnya virus menginfeksi komputer tidak lain disebabkan oleh pengetahuan tentang komputer yang kurang khususnya untuk update patch, update anti virus, pengaturan firewall dan fungsi-fungsi keamanan yang lain.
Berikut beberapa cara untuk membentangi Windows kita dari serangan virus :
Pertama adalah Windows Update, Windows Update berfungsi untuk menutup celah-celah keamanan atau kelemahan-kelamahan yang terdapat pada sistem operasi yang biasanya dimanfaatkan oleh virus untuk menginfeksi atau menyebarkan diri. Semua produsen aplikasi berbayar umumnya mempunyai kewajiban untuk mengeluarkan patch guna menutup celah-celah keamanan yang ada pada produknya. Karena itu Windows Update sangat penting sekali, tetapi kebanyakan orang malah menonaktifkan fungsi dari Windows Update ini. Ada beberapa alasan kenapa mereka menonaktifkan Windows Update dari ketidaktahuan manfaat dari Windows Update itu sendiri sampai membuat koneksi internet menjadi lambat. Mengingat pentingnya Windows update untuk menjaga komputer agar tehindar dari serangan virus atau exploitasi mengaktifkan Windows Update adalah hal yang wajib. Untuk mengaktifkan Windows update dapat kamu lakukan dari Control Panel :
1. Dari menu Start pilih Control Panel - System Security selanjutnya padaWindows Update klik Turn Automatic updating on or off.
clip_image002
2. Muncul halaman Choose how Windows can install update, direkomendasikan kamu memilih opsi Install update automatically. Dan mencentang semua opsi yang ada kemudian klim tombol Ok.
clip_image004
Kedua Anti Virus, sesuai namanya ‘anti virus’ di gunakan untuk membasmi virus atau mencegah agar virus tidak bisa menginfeksi komputer. Jangan pikir setelah kamu menginstall anti virus komputermu akan menjadi aman dari serangan virus, lagi-lagi update adalah hal yang terpenting. Seperti yang telah penulis ceritakan di atas perkembangan virus sangat pesat. Jika kamu tidak melakukan update, maka anti virus akan menjadi mandul karena tidak bisa mengenali virus-virus baru. Menurut penulis semua anti virus bagus asal rajin untuk mengupdatenya. Oh ya, bukan berarti menggunakan 2 anti virus atau lebih akan membuat komputermu menjadi lebih aman, justru komputer akan terasa sangat lambat karena anti virus saling berebut resource. Dari pengalaman penulis menggabungkan 2 anti virus, satu anti virus lokal dan satu anti virus luar ternyata tidak terlalu berebut resource, berbeda dengan ketika menginstall dua anti virus luar pada komputer yang sama, komputer akan terasa sangat lambat. Sepertinya anti virus lokal dan anti virus luar mempunyai teknik yang berbeda untuk men-scan virus. Penulis sendiri menggunakan Microsoft Security Essential yang merupakan anti virus keluaran dari Microsoft yang mana anti virus ini juga gratis. Untuk membuka Microsft Security Essential :
1. Dari Start ketikkan Microsoft Security Essentials pada Instant Searchkemudian klik Microsoft Security Essentials.
clip_image006
2. Pada Microsoft Security Essential pastikan opsi Rela-time protection dalam keadaanOn dan pada Virus & spyware definition selalu Up to date.
clip_image008
3. Masuk pada tab Setting, di sini kamu bisa melakukan pengaturan kapan komputer akan di scan.
clip_image010
Ketiga Windows Firewall, firewall berfungsi untuk mengontrol port-port atau membuka tutup port. Port biasa diumpamakan sebagai sebuah pintu dimana jika anda ingin berinteraksi dengan orang lain anda harus membukanya, agar anda bisa keluar rumah atau orang lain masuk kerumah anda. Begitu juga dengan komputer, untuk dapat berkomunikasi dengan komputer yang lain memanfaatkan sebuah port, yang biasanya berbeda-beda sesuai dengan aplikasi yang di gunakan. Seperti Port 135-139 untuk file sharing, port 25 untuk SMTP, port 110 untuk IMAP, port 3389 untuk remote desktop dan lain-lain. Cara kerja Firewall biasanya akan menutup semua port dan membuka port yang di gunakan oleh aplikasi.
1. Untuk mengkatifkan Firewall dari Start – Control Panel – System & Securitykemudian klik pada Window Firewall.
clip_image012
2. Muncul jendela Windows Firewall, seperti terlihat pada gambar di bawah Firewall dalam keadaan Off, untuk mengkatifkannya pilih menu Turn Windows Firewall on or off pada menu sebelah kiri.
clip_image014
3. Selanjutnya kamu bisa mengaktifkan Firewall dengan memilih opsi Turn on Firewall baik itu pada profile Home or Work dan Public network location settings, kemudian klik tombol OK.
clip_image016
4. Jika windows firewall sudah aktif, selanjutnya kamu dapat memilah-milah port untuk aplikasi mana saja yang akan kamu buka atau tutup. Untuk melakukan perubahan dari jendela Windows Firewall pilih pilihan Allow a program or feature through Windows Firewall pada menu sebelah kiri.
5. Kemudian kamu dapat memilih port aplikasi mana saja yang akan kamu tutup dan buka, setelah selesai klik tombol OK.
clip_image018
Keempat AppLocker, AppLocker merupakan fitur keamanan baru yang terdapat pada Windows 7. Berfungi untuk membatasi aplikasi yang bisa digunakan oleh user. Jadi ketika satu komputer digunakan oleh dua orang atau lebih, kita bisa membatasi aplikasi mana saja yang boleh di alankan, misal user A boleh menjalankan aplikasi 1, 2, dan 3, user B boleh Menjalankan aplikasi 3, 4 dan 5 sedangkan user C hanya boleh menjalankan aplikasi 1 dan 5. Selain itu AppLocker juga bisa dimanfaakan untuk mencegah user menjalankan aplikasi portable (tanpa install) yang biasanya banyak disusupi oleh malware atau virus.
1. Untuk mengaktifkan AppLocker melalui Local Security Policy, ketikan Local Security pada Instant Search kemudian klik Local Security Policy.
clip_image020
2. Buat rule baru, dari jendela Local security Policy pilih Security Settings – Application Control Policies –AppLocker kemudian klik kanan padaExecutable Rules pilihCreate New Rule….
clip_image022
3. Muncul jendelaBefore Your Beginlangsung klik Next.
4. Muncul jendelaPermissions, di sini terdapat 2 opsi yaituAllow dan Deny, untuk mencegah user menjalankan aplikasi pilih Deny, kemudian pada opsi User or Group kamu bisa memilih user mana yang akan dibatasi lalu klik tombol Next.
clip_image024
5. Muncul jendela Conditions, sebagai contoh penulis ingin membatasi aplikasi berdasarkan path-nya. Maka dari itu pilih opsi Path lalu klik tombol Next.
6. Muncul jendela Path, klik tombol Browse Folder… kemudian pilih folder dimana aplikasi berada misal PortApp laku kil tombol OK lalu Next.
clip_image026
7. Muncul jendela Exceptions klik tombol Next.
8. Muncul jendela Name and Description, berikan nama untuk rule tersebut beserta descriptionnya kemudian klik tombol Create.
9. Selanjutnya penulis mencoba menjalankan aplikasi yang terdapat pada folderPortApp, ternyata muncul Notification seperti pada gambar di bawah. Oke, berarti rule yang penulis buat telah berhasil.
clip_image028
Mengingat pentingnya data yang terdapat pada komputer kita, kita harus tau bagaimana melindungi komputer agar terhindar dari malware atau virus. Dengan melalui tulisan ini penulis berharap kita selalu perhatian terhadap masalah fungsi-fungsi keamanan yang terdapat pada komputer kita sendiri demi keamanan data. Memang biasanya masalah keamanan itu bertolak belakang dengan kenyamanan, tetepi demi keamanan data mengorbankan sedikit kenyamanan lebih bijaksana J.
Di ambil dari Tabloid PC Plus Edisi 374

Minggu, 24 April 2011

Candi Prambanan dan misteri Roro Jongrang – Bandung Bondowoso



Bolehlah kalau kita menyebut Jawa sebagai “Pulau Candi”. Kenapa begitu? Ya bayangkan saja, banyak sekali candi tersebar di pulau yang satu ini, dari candi kecil, sampai candi yang paling besar, peninggalan dua agama di Indonesia, Buddha dan Hindu. Kalau kita mengenal Borobudur sebagai sebuah peninggalan Buddha yang besar, bahkan terbesar di dunia, maka salah satu peninggalan Hindu yang paling penting adalah Candi Prambanan.
Candi Prambanan

Candi Prambanan dibangun oleh Dinasti Sanjaya di abad ke-9, tepatnya selesai dibangun pada tahun 825 M. Candi yang mempunyai tinggi 47 meter ini terletak kurang lebih 17 kilometer dari Yogyakarta. Kita bisa dengan mudah melihatnya, karena letak candi ini hanya 100 meter dari jalan utama. 
Candi Prambanan terdiri atas 3 kompleks bangunan. Candi utama memiliki 3 tempat pemujaan (altar) yang didedikasikan untuk Dewa Trimurti. Candi Syiwa terletak di tengah, Wisnu di sebelah selatan, dan Candi Brahma di sebelah utara. 
Disebut Candi Syiwa, karena di dalam bilik candi utamanya terdapat patung Dewa Syiwa (Dewa Perusak). Demikian pula pada Candi Brahma dan Wisnu, dimana di masing-masing candi terdapat patung Dewa Brahma (Dewa Penjaga) dan Dewa Wisnu (Dewa Pencipta). Ketiganya menghadap ke arah timur.
Di depan setiap candi berdiri candi-candi lain yang lebih kecil, yang disebut dengan Candi Wahana, yang masing-masing menghadap ke arah barat. Dinamakan Candi Wahana karena di dalam bilik candi-candi ini terdapat patung binatang yang biasa dipakai sebagai tunggangan/ kendaraan atau wahana dari dewa-dewa tersebut. Lembu Nandi adalah tunggangan Syiwa, burung Garuda tunggangan Wisnu, dan Angsa adalah tunggangan Brahma.
Seperti Candi Borobudur yang kaya dengan reliefnya, Candi Prambanan juga memilki relief yang dipahatkan di pagar langkan. Di Candi Syiwa dan Candi Brahma terdapat relief cerita Ramayana, sedangkan di Candi Wisnu terdapat relief cerita Kresnayana. 
 Apabila kita memasuki candi utama dari utara, maka kita akan menemukan sebuah patung putri yang sangat cantik, Roro Jonggrang. Patung ini berhubungan erat dengan kisah atau legenda yang dipercaya masyarakat, yang melatarbelakangi berdirinya Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang

Roro Jongrang – Bandung Bondowoso

Menurut legenda, Roro Jonggrang adalah puteri dari Raja Boko yang berkuasa di daerah Prambanan. Kecantikan dan keanggunan Roro Jonggrang membuat seorang pria dari daerah Pengging yang bernama Bandung Bondowoso ingin memperistrinya. Tapi sebenarnya, Roro Jonggrang tidak mencintai Bandung Bondowoso. Sebagai strategi menolak pinangan tersebut, Roro Jonggrang mengeluarkan syarat agar dibuatkan 1000 candi dalam waktu satu malam. Bandung Bondowoso pun menyanggupinya.
Sebelum melaksanakan pekerjaannya, dia bersemedi untuk mendapat kekuatan dan bantuan dari para jin. Menjelang petang, pembangunan seribu candi mulai dilaksanakan, dan menjelang matahari terbit, pembangunan itu hampir selesai. Melihat hal ini, Roro Jonggrang pun cemas, dan berusaha mencegah kerja tersebut. Roro Jonggrang kemudian memanggil semua putri desa untuk membakar jerami dan memukul lesung (alat penumbuk padi tradisional di Jawa), supaya terkesan hari menjelang fajar. Jin-jin yang melihat hari telah menjelang fajar mulai meninggalkan pekerjaannya. Setelah dihitung, ternyata pekerjaan yang tersisa hanyalah sebuah arca.
Bandung Bondowoso pun mengetahui kecurangan Roro Jonggrang. Dengan perasaan marah dan kecewa, ia mendatangi Roro Jonggrang. Tapi Roro Jonggrang tetap bersikukuh minta digenapi menjadi 1000 candi. Hal ini menimbulkan kemarahan Bandung Bondowoso. “Kurang satu, tambahnya kamu sendiri”. Setelah Bandung Bondowoso mengeluarkan kata-kata itu, Roro Jonggrang pun langsung berubah menjadi arca, untuk melengkapi sebuah arca yang belum terselesaikan. Dan arca ini bisa kita lihat di bilik sebelah utara candi utama.
Percaya atau tidak? Teserah anda…

Minggu, 17 April 2011

Runtuhnya Mataram, Hilangnya Impian akan Kesatuan Jawa





Jawa memang kaya dengan budayanya. Budaya Jawa juga cukup signifikan pengaruhnya terhadap budaya Indonesia. Hal ini bukan omong kosong. Banyak contohnya, sebut saja gaya berbusana. Pemakaian kain wiron, konde rambut gaya Solo, dan kebaya Jawa, adalah beberapa contoh unsur busana gaya Jawa yang bisa dibilang sudah diterima di seluruh Indonesia. Jadi kalau anda datang ke sebuah resepsi pernikahan, anda akan melihat begitu banyak wanita bergaya seperti ini. Begitu juga dengan kaum prianya, banyak dari mereka yang memakai batik. Kini, kebaya dan batik bukan lagi milik orang Jawa, tapi sudah menjadi milik semua orang yang mengaku bangsa Indonesia. Lalu, dimanakah pusat budaya Jawa yang sesungguhnya? Umumnya orang Jawa akan berkata, Yogya dan Solo-lah pusat budaya Jawa. Yogya dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat-nya, dan Solo dengan Surakarta Hadiningrat-nya. Kedua keraton ini memang sangat merepresentasikan budaya Jawa dengan feodalismenya yang sangat kental.
Kalau anda memasuki Keraton Yogyakarta dan Surakarta, maka anda akan menemukan banyak sekali kesamaan di antara keduanya. Tata ruang, arsitektur, dan maknanya. Begitu pula dengan adat istiadat dan tata kramanya. Mengapa begitu? Karena dulu mereka memang berasal dari kerajaan yang sama, Kerajaan Mataram Islam.
Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam muncul di abad ke-15. Rajanya yang pertama adalah Panembahan Senopati, yang memerintah dari tahun 1584-1601. Panembahan berasal dari kata “sembah” yang berarti salam hormat, dilakukan dengan cara melekatkan kedua telapak tangan, dengan ujung jari ke atas, dan menyentuh ujung hidung. Inilah cara orang Jawa menghormati orang yang dituakan, atau pemimpin mereka, khususnya keluarga kerajaan. Dengan begitu Panembahan adalah orang yang sangat dihormati, disanjung, bahkan dipuja.
Mataram mencapai puncak kejayaannya ketika diperintah oleh rajanya yang ke-3, Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645). Dibawah pemerintahannya, Mataram mendominasi seluruh Jawa, kecuali Banten dan Batavia. Bukan sekedar raja, Sultan Agung juga merupakan seorang pejuang hebat di Jawa, yang dengan gigih melawan kolonialisme Belanda.
Setelah Sultan Agung, raja Mataram berikutnya adalah Sunan Amangkurat I (1645-1677). Pada masa pemerintahannya, masa kejayaan Mataram pun lambat laun mulai pudar. Raja-raja berikutnya juga tidak mampu membawa Mataram kembali ke masa jayanya. Daerah-daerah yang selama ini berada di bawah kekuasaan Mataram, satu per satu berusaha memisahkan diri. 
Akhirnya, setelah dikacau berbagai pemberontakan, seperti Pangeran Trunojoyo dari Madura yang mendirikan keratonnya di Kediri (1677-1680) dan Untung Surapati yang kemudian berkeraton di Pasuruan (1686-1703), Mataram pun terjerumus dalam 3 perang suksesi, yang berakhir dengan Perjanjian Giyanti (1755) dan Perjanjian Salatiga (1757).
 Perjanjian Giyanti dan Perjanjian Salatiga
Semasa Mataram dipimpin oleh rajanya yang ke-10, Sri Susuhunan Paku Buwono II (1727-1749), dan berkedudukan di Kartasuro, pada tahun 1742 terjadi pemberontakan oleh orang-orang Tionghoa, yang kemudian dikenal dengan sebutan “Geger Patjina”. Pemberontakan ini dipimpin oleh Raden Mas Said atau Pangeran Samber Nyowo, menantu Pangeran Mangkubumi. Pada saat pemberontakan terjadi, Paku Buwono II menyelematkan diri ke Ponorogo bersama penasehatnya Van Hohendorf dan Wakil Gubernur Jenderal Van Imhoff. Dengan bantuan VOC pemberontakan pun berhasil ditumpas, dan Raden Mas Said diasingkan ke Ceylon.
Setelah kekacauan mereda, PB II meminta bantuan VOC merebut kembali ibukota Mataram di Kartasura. Maka dibuatlah Perjanjian Ponorogo (1743), kontrak politik antara PB II dengan VOC. Ketika menandatangani perjanjian ini, PB II tidak berkonsultasi dengan para pembesar keraton, termasuk Pangeran Mangkubumi.
Hal inilah yang kemudian memicu perselisihan di kalangan keluarga keraton, terutama antara PB II dengan Pangeran Mangkubumi. Sementara itu, PB II juga menempuh langkah besar dengan memindahkan ibu kota kerajaan dari Kartasura yang porak poranda akibat geger Patjina, ke Surakarta (1745). 
Perselisihan di dalam keraton terus berkepanjangan, sampai PB II digantikan oleh Sri Susuhunan Paku Buwono III. Untuk mendamaikannya, atas usulan VOC dibuatlah Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755). Dengan perjanjian ini, Kerajaan Mataram dibagi dua. Sebagian kerajaan dikuasai Sri Susuhunan Paku Buwono III, dengan Keraton Surakarta Hadiningrat-nya, dan sebagian lagi dikuasai Pangeran Mangkubumi, yang selanjutnya menjadi sultan di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan sebutan Sultan Hamengkubuwono I. 
Di tahun 1757, lewat Perjanjian Salatiga, Sunan PB III pun menyerahkan wilayah Karanganyar dan Wonogiri kepada sepupunya, Raden Mas Said, yang memimpin pemberontakan Geger Patjina ketika Mataram diperintah oleh PB II. Raden Mas Said kemudian menyatakan diri sebagai Mangkunegoro I, dan memimpin Puro Mangkunegaran sampai 1795. 
Berdirinya Puro Pakualaman
Agaknya, intrik, konflik dan pemberontakan merupakan suatu hal yang biasa terjadi di dalam keraton atau kerajaan pada masa lalu. Apa yang terjadi di Kerajaan Mataram yang akhirnya membawa Mataram pada kehancuran, terjadi pula di Keraton Yogyakarta. Masa kepemimpinan Sultan HB I ditandai dengan adanya pergolakan karena konflik antara anak-anak dan cucu-cucunya dalam memperebutkan kekuasaan.
Setelah Sultan HB I mangkat (1792), ia pun digantikan oleh anaknya Sultan HB II. Konflik yang terjadi di dalam keluarga keraton tak kunjung selesai, bahkan akhirnya meluap menjadi pertempuran yang melibatkan kekuatan koloni Belanda dan Inggris. Untuk mengimbangi kekuatan Sultan HB II, pada tahun 1813 Inggris lewat Gubernur Letnan Jenderal-nya, Sir Thomas Raffles, menganugerahi gelar kepada salah seorang saudara HB II, Pangeran Notokusumo, anak HB I dengan Ratu Srenggorowati, sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (K.G.P.A.A.) Paku Alam I. Paku Alam I pun diberi daerah otonomi yang terdiri dari 4.000 cacah di Pajang, Bagelan, sebelah barat Yogyakarta, dan sebuah daerah yang terletak di antara Sungai Progo dan Bogowonto, di daerah Adikarto, sebelah barat Yogyakarta. Istana milik Kadipaten Pakualaman kita kenal dengan sebutan Puro Pakualaman.
Hilangnya Impian akan Pembentukan Kesatuan Jawa
“Perjanjian tahun 1755 dan 1757 jelas merupakan peristiwa penting dalam sejarah Mataram. Hilanglah impian akan pembentukan kesatuan Jawa yang diusahakan oleh raja-raja pertama. Seluruh Jawa Barat, seperti juga pesisir utara dan ujung timur Pulau Jawa dikuasai Kompeni. Sisanya terpecah-pecah bagaikan kain tambal seribu dan terbagi di antara tiga kerajaan, yang sekalipun tenteram dan damai, diam-diam tetap bersaing”, tulis Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya (Le Carrefour Javanais).
Ya, apa yang telah dilakukan oleh raja-raja pertama relatif menjadi tidak berarti lagi setelah dibuatnya perjanjian Giyanti dan Salatiga. Padahal, politik luar negeri yang dilakukan dengan cara ekspansi telah berhasil membawa Mataram menjadi sebuah kerajaan besar, yang mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Sultan Agung. Namun sekali lagi, Perjanjian Giyanti dan Salatiga telah mengakibatkan Mataram runtuh, sehingga punahlah impian para raja pertama akan pembentukan kesatuan Jawa. Ditambah pula dengan pecahnya Keraton Yogyakarta, maka agaknya kesatuan Jawa seperti yang diimpikan oleh para raja pertama, hanyalah sekedar impian yang tidak pernah terwujud. Ironis bukan?

Rabu, 13 April 2011

Misteri Candi Ratu Boko



Salah satu peninggalan zaman purbakala yang sangat misterius adalah Istana Ratu Boko atau Candi Ratu Boko. Candi yang satu ini terletak di sebuah bukit, sekitar 3 km dari Candi Prambanan, dan 19 km dari kota Yogyakarta Luasnya kurang lebih 16 ha, yang mencakup dua desa di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Dawung dan Sambirejo. Cobalah anda datang pada saat matahari terbit, atau menjelang matahari terbenam, sangat fantastis!! Dari komplek Candi Ratu Boko, anda akan bisa melihat dengan jelas, betapa indahnya bola bulat berwarna keemasan mengambang persis di gapura candi ini, dan perlahan-lahan tenggelam. Begitu juga di pagi hari, ketika matahari akan terbit. 
Tata Ruang dan Arsitektur Ratu Boko
Ratu Boko kemungkinan dibangun sekitar abad 9 M oleh Dinasti Syailendra, yang kelak mengambil alih Mataram Hindu. Sebagai sebuah monumen peninggalan zaman dahulu, Ratu Boko masih menyimpan misteri. Atribut-atribut yang terdapat di sini memang mengacu pada sebuah wilayah perkampungan. Tapi tetap saja para ahli masih sulit mengindentifikasikan, apakah ia merupakan taman kerajaan, istana, benteng, atau candi. 
Ratu Boko memiliki 3 buah teras/ tingkat, yang masing-masing dipisahkan dengan dinding batu dan benteng. Untuk mencapai teras pertama, kita harus melewati sebuah gerbang besar yang dibangun dalam 2 tahap. Di sebelah barat teras ini terdapat sebuah benteng atau Candi Batu Kapur (Temple of Limestone). Dinamakan Candi Batu Kapur karena ia memang terbuat dari batu kapur. Jaraknya kira-kira 45 m dari gerbang pertama.
Teras kedua dan pertama dipisahkan oleh tembok andelit. Teras kedua ini dapat kita capai setelah melewati gerbang di paduraksa yang terdiri dari 3 pintu. Pintu yang lebih besar (Gerbang Utama) ada di tengah-tengah, diapit oleh dua buah gerbang yang lebih kecil. 
Teras kedua dan ketiga di pisahkan oleh benteng batu kapur dan tembok andelit. Untuk masuk ke dalam teras ketiga, kita harus melewati 5 gerbang, dimana gerbang yang paling tengah lebih besar ukurannya bila dibandingkan dengan 4 gerbang lain yang mengapitnya. 
Di teras ketiga (teras paling besar) lah terpusat sisa-sisa peninggalan. Di sini kita bisa menemukan antara lain Pendopo (Ruang Pertemuan). Pondasi pendopo ini berukuran panjang 20 m, lebar 20 m, dan tinggi 1,25 m, terletak di sebelah utara dari teras ini. 
Sedangkan di sebelah selatan, kita akan menemukan pondasi Pringgitan, berukuran panjang 20 m, lebar 6 m, dan tinggi 1,25 m. Keduanya, pendopo dan pringgitan, dikelingi oleh sebuah pagar dengan panjang 40 m, lebar 36 m, dan tinggi 3 m. Pagar ini dilengkapi dengan 3 gerbang beratap di sebelah utara, selatan, dan di sebelah barat. Tiga buah tangga dibuat untuk mendaki sampai ke pondasi tersebut.
Di sebelah timur pendopo, terdapat Komplek Kolam Pemandian yang dikelilingi oleh pagar empat persegi panjang. Komplek ini terdiri dari 3 kelompok. Kelompok pertama, terdiri dari 3 buah kolam berbentuk persegi empat. Dua di antaranya memanjang dari utara sampai selatan, dan keduanya dipisahkan oleh sebuah gerbang. Sedangkan kelompok kedua terdiri dari 8 kolam bundar yang dibagi dalam 3 baris. 
Di teras ini, kita juga bisa melihat sisa-sisa bangunan yang disebut Paseban (Ruang Resepsi) yang membujur dari utara ke selatan. Reruntuhan gerbang, pagar dan landaian juga terdapat di sini. 
Selain itu, juga terdapat Keputren (Istana atau Tempat Tinggal Putri), dimana di dalamnya terdapat sebuah kolam persegi panjang berukuran 31 x 8 m2 yang dikelilingi oleh pagar. Pagar ini mempunyai 2 gerbang, masng-masing terletak di sebelah baratdaya dan timurlaut. Sekitar 60 m dari gerbang ini, kita bisa melihat reruntuhan batu-batuan, tapi kondisi lantainya masih baik. Dasarnya berbentuk bujur sangkar berukuran 20 x 20 m. 
Selain tempat-tempat tersebut, masih banyak reruntuhan yang bisa kita temukan di Ratu Boko, misalnya saja reruntuhan Gua Laki-Laki (Male Cave) berukuran panjang 3,5 m, lebar 3 m, dan tinggi 1,5 m, serta sebuah gua yang berukuran lebih kecil lagi, Gua Perempuan (Female Cave). 
Ratu Boko telah menghasilkan banyak sekali artefak, termasuk arca-arca, baik arca Hindu (Durga, Ganesha, Garuda, lingga, dan yoni), serta arca Buddha (tiga Dhyani Buddha yang belum selesai). Selain itu, juga ditemukan keramik dan beberapa prasasti. 
Salah satu prasasti yang ditemukan adalah prasasti Siwagraha. Prasasti ini menyebutkan peperangan antara Raja Balaputra dan Rakai Pikatan. Karena kalah perang, Balaputra melarikan diri dan membangun tempat pertahanan di atas kaki bukit Ratu Boko.
Di sana juga pernah ditemukan lima fragmen prasasti berhuruf Prenagari dan berbahasa Sansekerta, Walaupun tidak utuh, prasasti ini masih bisa dibaca. Isinya berkaitan dengan pendirian bangunan suci Awalokiteswara, salah satu Buddhisatwa dalam agama Buddha, khususnya aliran Mahayana. Dilihat dari bentuk hurufnya, prasasti-prasasti tersebut berasal dari abad ke-8 M. 
Selain itu, juga ditemukan tiga prasasti berhuruf Jawa Kuno dalam bentuk Syair Sansekerta. Dua di antaranya memuat tahun 778 Saka atau 856 M, yang berisi pendirian lingga Kerttiwasa dan lingga Triyambaka atas perintah Raja Kumbhaya. Sedangkan prasasti satunya lagi berisi pendirian lingga atas perintah Raja Kalasodbhawa. 
Prasasti lain yang ditemukan di Ratu Boko adalah sebuah prasasti berbahasa Sansekerta-Jawa, dan sebuah inskripsi (tulisan singkat) pada lempengan emas. 
Misteri Ratu Boko yang Belum Terungkap

Walaupun begitu banyak dan beragamnya sisa-sisa bangunan ditemukan di sana, sampai sekarang fungsi Ratu Boko masih belum diketahui. Ada yang percaya bahwa bahwa Ratu Boko merupakan biara, atau sebuah tempat beristirahat dan rekreasi. 
Prasasti-prasasti yang ditemukan pun agaknya sulit untuk dijadikan sebagai sumber untuk mengetahui fungsi candi yang satu ini. Tulisan-tulisan yang ditemukan di sana hanya menunjukkan bahwa Ratu Boko ada di masa antara abad ke-8-9. Prasasti yang berasal dari abad ke-8 umumnya berisi pendirian bangunan suci Buddha, sedangkan abad ke-9 berisi tentang pendirian bangunan suci Hindu sekali. Tapi karena tidak ada prasasti yang secara eksplisit menyebutkan fungsi dari setiap bangunan yang ada, maka Ratu Boko masih menjadi misteri sampai sekarang. 
Akankah misteri ini terungkap?

Mitos Kanjeng Ratu Kidul dalam Masyarakat Jawa




Di suatu masa, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi Srengenge yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari Raja Munding Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari perkawinan tersebut. Maka, bahagialah sang raja. 
Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja, dan ia pun berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara datang menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh putrinya pergi dari istana. Sudah tentu raja menolak. “Sangat menggelikan. Saya tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku”, kata Raja Munding Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun tersenyum dan berkata manis sampai raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia tetap berniat mewujudkan keinginannya itu.
Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia ingin sang dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. “Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya.” Sang dukun menuruti perintah Sang Ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus berbuat apa.
Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya. “Puterimu akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri,” kata Dewi Mutiara. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya ke luar dari negeri itu.
Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dia memang memiliki hati yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam menanggung penderitaan.. 
Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Dia melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya.
Kanjeng Ratu Kidul = Ratna Suwinda
Tersebut dalam Babad Tanah Jawi (abad ke-19), seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa adalah seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko Suruh, bernama Ratna Suwida, menolak cintanya. Ketika muda, Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian.
Generasi selanjutnya, Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Ke-2, mengasingkan diri ke Pantai Selatan, untuk mengumpulkan seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan kampanye militer melawan kerajaan utara. Meditasinya menarik perhatian Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk membantunya. Selama tiga hari dan tiga malam dia mempelajari rahasia perang dan pemerintahan, dan intrik-intrik cinta di istana bawah airnya, hingga akhirnya muncul dari Laut Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu Kidul dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan Senopati yang berkuasa, dan sesajian dipersembahkan untuknya di tempat ini setiap tahun melalui perwakilan istana Solo dan Yogyakarta.
Begitulah dua buah kisah atau legenda mengenai Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan. Versi pertama diambil dari buku Cerita Rakyat dari Yogyakarta dan versi yang kedua terdapat dalam Babad Tanah Jawi. Kedua cerita tersebut memang berbeda, tapi anda jangan bingung. Anda tidak perlu pusing memilih, mana dari keduanya yang paling benar. Cerita-cerita di atas hanyalah sebuah pengatar bagi tulisan selanjutnya. 
Kanjeng Ratu Kidul dan Keraton Yogyakarta
Percayakah anda dengan cerita tentang Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan? Sebagian dari anda mungkin akan berkata TIDAK. Tapi coba tanyakan kepada mereka yang hidup dalam zaman atau lingkungan Keraton Yogyakarta. Mereka yakin dengan kebenaran cerita ini. Kebenaran akan cerita Kanjeng Ratu Kidul memang masih tetap menjadi polemik. Tapi terlepas dari polemik tersebut, ada sebuah fenomena yang nyata, bahwa mitos Ratu Kidul memang memiliki relevansi dengan eksistensi Keraton Yogyakarta. Hubungan antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Keraton Yogyakarta paling tidak tercantum dalam Babad Tanah Jawi (cerita tentang kanjeng Ratu Kidul di atas, versi kedua). Hubungan seperti apa yang terjalin di antara keduanya?
Y. Argo Twikromo dalam bukunya berjudul Ratu Kidul menyebutkan bahwa masyarakat adalah sebuah komunitas tradisi yang mementingkan keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan hidup. Karena hidup ini tidak terlepas dari lingkungan alam sekitar, maka memfungsikan dan memaknai lingkungan alam sangat penting dilakukan. 
Sebagai sebuah hubungan komunikasi timbal balik dengan lingkungan yang menurut masyarakat Jawa mempunyai kekuatan yang lebih kuat, masih menurut Twikromo, maka penggunaan simbol pun sering diaktualisasikan. Jika dihubungkan dengan makhluk halus, maka Javanisme mengenal penguasa makhluk halus seperti penguasa Gunung Merapi, penguasa Gunung Lawu, Kayangan nDelpin, dan Laut Selatan. Penguasa Laut Selatan inilah yang oleh orang Jawa disebut Kanjeng Ratu Kidul. Keempat penguasa tersebut mengitari Kesultanan Yogyakarta. Dan untuk mencapai keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat, maka raja harus mengadakan komunikasi dengan “makhluk-makhluk halus” tersebut. 
Menurut Twikromo, bagi raja Jawa berkomunikasi dengan Ratu Kidul adalah sebagai salah satu kekuatan batin dalam mengelola negara. Sebagai kekuatan datan kasat mata (tak terlihat oleh mata), Kanjeng Ratu Kidul harus dimintai restu dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan keselamatan dan ketenteraman. 
Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ini diaktualisasikan dengan baik. Pada kegiatan labuhan misalnya, sebuah upacara tradisional keraton yang dilaksanakan di tepi laut di selatan Yogyakarta, yang diadakan tiap ulang tahun Sri Sultan Hamengkubuwono, menurut perhitungan tahun Saka (tahun Jawa). Upacara ini bertujuan untuk kesejahteraan sultan dan masyarakat Yogyakarta.
Kepercayaan terhadap Kanjeng Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang yang diselenggarakan untuk menghormati serta memperingati Sang Ratu. Bukti lainnya adalah dengan didirikannya sebuah bangunan di Komplek Taman Sari (Istana di Bawah Air), sekitar 1 km sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dinamakan Sumur Gumuling. Tempat ini diyakini sebagai tempat pertemuan sultan dengan Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Ratu Kidul. 
Penghayatan mitos Kanjeng Ratu Kidul tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton saja, tapi juga oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan. Salah satu buktinya adalah adanya kepercayaan bahwa jika orang hilang di Pantai Parangtritis, maka orang tersebut hilang karena “diambil” oleh sang Ratu. 
Selain Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, mitos Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini oleh saudara mereka, Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam Babad Tanah Jawi memang disebutkan bahwa Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senopati, penguasa pertama Kerajaan Mataram, untuk menjaga Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan, dan masyarakat dari malapetaka. Dan karena kedua keraton (Yogyakarta dan Surakarta) memiliki leluhur yang sama (Kerajaan Mataram), maka seperti halnya Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta juga melaksanakan berbagai bentuk penghayatan mereka kepada Kanjeng Ratu Kidul. Salah satunya adalah pementasan tari yang paling sakral di keraton, Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan setahun sekali pada saat peringatan hari penobatan para raja. Sembilan orang penari yang mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa mengundang Ratu Kidul untuk datang dan menikahi susuhunan, dan kabarnya sang Ratu kemudian secara gaib muncul dalam wujud penari kesepuluh yang nampak berkilauan. 
Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ternyata juga meluas sampai ke daerah Jawa Barat. Anda pasti pernah mendengar, bahwa ada sebuah kamar khusus (nomor 308) di lantai atas Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu, yang disajikan khusus untuk Ratu Kidul. Siapapun yang ingin bertemu dengan sang Ratu, bisa masuk ke ruangan ini, tapi harus melalui seorang perantara yang menyajikan persembahan buat sang Ratu. Pengkhususan kamar ini adalah salah satu simbol ‘gaib’ yang dipakai oleh mantan presiden Soekarno. 
Sampai sekarang, di masa yang sangat modern ini, legenda Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan, adalah legenda yang paling spektakuler. Bahkan ketika anda membaca kisah ini, banyak orang dari Indonesia atau negara lain mengakui bahwa mereka telah bertemu ratu peri yang cantik mengenakan pakaian tradisional Jawa. Salah satu orang yang dikabarkan juga pernah menyaksikan secara langsung wujud sang Ratu adalah sang maestro pelukis Indonesia, (almarhum) Affandi. Pengalamannya itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah lukisan. 
Bagaimana dengan anda? Anda percaya?

Pelangi Untuk Ayah



Anak-anak itu kembali menjahiliku. Ini semua gara-gara namaku. Pelangi. Nama pemberian ayahku, orang yang satu-satunya kucintai. Ibuku sudah lama meninggal karena kecelakaan. Cowok-cowok itu bilang bahwa aku seharusnya tak bernamakan Pelangi melainkan Hujan. Kata mereka, aku selalu membawa kesialan, bukan kebahagiaan. Sifatku yang pemurung di sekolah membuatku dianggap menjadi anak aneh. Untunglah aku bisa bernafas lega. Hari ini hari Jum’at. Hari terakhir penderitaanku selama di sekolah. Dan esok, aku akan menemukan kebahagiaan bersama ayahku.

Kami berdua berjalan menyusuri padang ilalang dan berhenti di ujung bukit. Setiap Sabtu, ayahku selalu mengajakku ke bukit di belakang perkebunan kami. Inilah hal yang paling membahagiakan dalam hidupku. Ayahku bilang, kalau aku naik ke bukit, aku akan merasa sangat dekat dengan pelangi itu, bahkan aku bisa menambahkan beberapa warna yang kusuka. Di salah satu sisi bukit, tertancap bendera Indonesia yang berukuran tidak terlalu besar. Ayahku yang menancapkannya. Rasa nasionalismenya memang tinggi sekali.
“Pelangi, ada masalah ya di sekolah?” Tanya ayahku lembut.
“Biasa, Yah,” jawabku.
“Gara-gara nama Pelangi?”
Aku tidak menjawab. Aku tidak mungkin mengecewakan ayahku hanya karena anak-anak itu.
“Kamu mau tahu kenapa ayah kasih kamu nama Pelangi?” Tanya ayahku kembali. Tatapan hangatnya lurus ke depan menyusuri bukit. Sebelumnya, ayahku tidak pernah memberitahuku rahasia apa-apa.

“Kedengarannya memang lucu, tapi dari kecil, ayah memang suka sekali sama pelangi,”
“Dulu, ayah sering sedih karena diejek teman-teman. Ayah sering merenung sendiri di kamar. Sampai suatu waktu, ayah kehujanan waktu habis dikerjain teman-teman. Ayah berteduh di halte. Terus, ayah lihat pelangi. Tiba-tiba suasana hati ayah jadi gembira. Warna yang paling ayah suka, merah. Karena ayah tahu bahwa ayah harus tegar setiap menghadapi suatu masalah. Jadi, kalau kamu punya masalah apa saja, kamu bisa ingat cerita ayah ini, ya,”
Akupun memeluk ayahku erat-erat. Aku sayang sekali pada beliau. Aku janji pada diriku, lain kali, aku tidak akan pernah mengeluh dengan keadaanku.
“Oh ya. sebentar lagi kamu kan ulang tahun. Kamu mau kado apa, Sayang?” Tanya ayahku.
“Apa aja, Yah. Lagipula, itu kan ulangtahun ke tujuhbelas, masa masih pake kado-kadoan, Yah,”
“Justru karena ulangtahun ke tujuhbelas, Sayang,”
Aku hanya tersenyum. Aku benar-benar tak mengharap apa-apa dari ayahku di usiaku yang ke tujuhbelas nanti. Untukku, dengan kehadirannya di setiap ualngtahunku saja sudah lebih dari cukup. Karena, pekerjaannya sebagai masinis kereta api membuatnya jarang berada di rumah. Padahal kami hanya tinggal berdua. Lagipula, kami hanya keluarga sederhana. Jadi, aku tidak pernah mengharapkan hadiah apa-apa.

Ulangtahunku tinggal 3 hari lagi. Aku sangat menantinantikannya karena ayahku berkata bahwa aku akan diberi kejutan. Tapi, tiba-tiba ayahku menelepon dari tempat kerjanya.
“Pelangi, hari ini ayah tidak bisa pulang ke rumah. Ayah baru bisa pulang kira-kira lusa. Tapi ayah pasti datang pada hari ulangtahunmu, Nak,”
Mataku berair. Aku tidak bisa berkata apa-apa pada Ayah. Entah mengapa, aku kesal pada Ayah. Ia tidak seharusnya meninggalkanku di rumah sendirian menjelang ulangtahunku yang ke tujuhbelas ini. Bahkan ia bilang akan memberikanku kejutan. apalgi, akhir-akhir ini hujan terus mengguyur desa kami diselingi dengan petir. Suasana yang tidak bersahabat.
“Pelangi? Kamu enggak marah kan sama Ayah?”
Aku diam sejenak.
“Tapi Ayah janji datang, ya!”
“Iya, Nak. Ya sudah kalau begitu. Kamu baik-baik ya, Nak, di rumah. Kalau ada perlu, kamu minta tolong aja sama The Upi”
“Iya, Yah,”
“Assalamu’alaikum,”
“Wa’alikummussalam,”
Aku langsung menaruh gagang telepon. Bibirku cemberut. Suara angin masih menggangguku.

Aku terbangun dari tidurku yang nyenyak. Hari ini hari ulangtahunku. Sedikit kecewa karena tak mendengar ucapan “Selamat Ulangtahun” dari ayah saat aku membuka mata. Namun, nanti sore aku akan bertemu dengannya. The Upi datang ke rumahku membawa seloyang kue tart cantik. Dia tetangga yang paling dekat denganku.
“Selamat Ulang Tahun, Pelangi,” ujar The Upi.
Aku tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Kue itu bergambar Pelangi dan bertuliskan angka 17. tak perlu repot-repot mencantumkan namaku, rupanya.

Saat ini sudah jam 5 sore tapi ayahku belum juga datang. Aku mencoba menelepon ke tempat ia bekerja, tapi tak ada yang ,menjawab. Hari ini tidak hujan, tapi langit jauh lebih gelap dari biasanya. Hatiku mulai gelisah. Aku bertanya-tanya pada diriku apa gerangan yang mebuat ayahku melanggar janjinya. Ia bilang, jam 3 sudah sampai di sini. Tapi sekarang sudah hampir 3 jam aku menunggunya. Kue tart tidak kusentuh sama sekali. Aku menunggu ayahku dulu baru memotongnya bersama-sama sambil berdoa.

Sudah hampir jam 8, tapi tidak ada tanda-tanda ayahku akan muncul dari pintu depan atau membuat kejutan dari pintu belakang. Aku mencoba meyakinkan diriku. Ayah pasti datang. Ia tidak mungkin dan tidak pernah membiarkan aku melewatkan hari ulangtahunku sendirian. Tapi aku juga tahu bahwa ayahku tidak pernah melanggar janjinya. Dia si penepat janji.

Sampai akhrinya aku menyalakan televisi untuk memecah kebimbangan hatiku. Aku mengganti-ganti channel yang gambarnya bagus, karena selain cuacanya sedang tidak mendukung, antenna kami juga sudah lama rusak. Akhirnya aku berhenti pada satu channel yang gambarnya bagus. Berita malam. Aku tidak betul-betul mendengarkan pada awalnya karena memang sedang tidak mood. Aku hanya menatap kosong. Tak sadar, pipiku sudah basah. Mataku sembab. Aku lemas. Sungguh lemas. Batinku menangis, begitu pula dengan ragaku. Berita itu menyebutkan bahwa kereta api yang menuju Jawa Tengah –kereta api yang dikemudi oleh ayahku- mengalami kecelakaan karena menabrak pembatas. Lanjutnya, jenazah masinis kereta tidak ditemukan. Aku tahu pipiku sudah sangat basah dan mataku pasti sudah sangat bengkak. Tapi, perasaan yang mengatakan bahwa hidupku tidak akan berjalan normal kembali, sangat menyesakkanku. Tanpa sadar, aku terlelap di depan televisi.

Keesokan harinya aku bangun. Sesaat, ingin sekali menganggap kejadian semalam sebagai satu mimpi buruk. Tapi, Koran pagi ini ternyata memupuskannya. Masinis itu, ayahku, masih belum ditemukan. Aku tidak dapat berbuat apa-apa. Aku tahu bahwa ini memang sudah menjadi bagian dari hidupku. Tapi, sholat shubuh pagi ini benar-benar menyejukkan pikiran dan hatiku.

Setelah sholat, aku segera mengikatkan tali sepatuku dan bergegas menuju ke bukit. Aku tahu, itu satu-satunya tempat di mana aku bisa merasa damai. Walaupun aku juga tahu bahwa tempat itu akan selalu mengingatkanku pada ayah. Dan aku memang tidak berniat untuk menghapus kenangan kami. Jalan menuju bukit terasa sangat ringan, entah mengapa. Kaki-kakiku terus mengayun melewati jalan setapak itu sampai pada akhirnya aku sampai di puncak bukit. Tiba-tiba, seekumpulan warna-warna cerah muncul di hadapanku. Pelangi.
“Tadi malam pasti hujan,” gumamku dalam hati.
Aku menengok ke salah satu sisi bukit dimana tertancap bendera Indonesia. Di dalam udara pagi yang harum, aku berkata dalam hatiku.
“Ayah, aku akan mencoba untuk selalu menjadi si merah. Yang selalu tegar dalam setiap masalah. Dan ayah akan selalu menjadi si putih. Yang selalu memberikan kedamaian,”

Langkah-langkahku berikutnya menjadi langkah awal dalam hidupku. Di usia tujuh belas tahun lebih sehari ini, aku akan memulai hidup baru dengan tegar. Dan aku tahu, di mana ada pelangi, di situ ayah akan ada untukku
 
bedjo ngeblog © Copyright 2010 | Design By Gothic Darkness |